Sikakap. Kamis, (18/11-10) aksi relawan kembali dilakukan kali ini difokuskan menuju Lakok pukul 08.00 dan sampai di dermaga Lakok menggunakan kapal boat pukul 12.00, dalam perjalanan misi kemanusiaan kali ini di bagi menjadi tiga; pelayanan kesehatan, trauma healing dan pembagian logistik, relawan yang tergabung untuk ke Lakok dan Monei; pak Iwan, Silvi (Trauma Healing) Pak Mas, Nanda, Joko, Rizal,(Bagian Logistik) Apri dan Ibun (bagian pelayanan kesehatan), Restu bagian pendamping sewaktu-waktu ada bahasa yang tidak dimengerti oleh tim.
Misi kembali dijalankan dengan menempuh semak belukar menuju pengungsian bagi warga Lakok, cukup melelahkan saat menempuh Lakok dikarenakan jalan yang banyak menembus hutan yang telah dibabat dengan tidak sempurna, diambah lagi salah satu tim relawan ada yang sakit. Jadi jalan sedikit agak sendat, dengan adanyaa bantuan dari masyarakat yang bertemu di jalan ikut juga membantu tim relawan dalam membawakan barang logistik serta menunjukkan jalan menuju pengungsian. Tiba di pengungsian pukul 13.30, yang disambut hangat oleh masyarakat yang jarak pengungsiannya sedikit berjauhan, 17 kepala keluarga yang tinggal di pengungsian dan 1 kepala kekuarga yang beragama Islam, sesampainya di pengungsian pak Iwan dan Silvi memainkan perannya untuk mengajak anak pengungsian yang berjumlah 10 orang bergantian dalam sebuah permainan, cukup besar peran pak Iwan, Silvi dan tim yang lain untuk menguatkan mental anak-anak yang terkena trauma bencana, selama di pengungsian Apri bagian kesehatan melayani 16 masyarakat yang sakit, bahkan ada pasien kakinya patah itu dalam hitungan pasien yang termasuk didusun Lakok yang jarak tempuhnya 1 jam perjalanan.
Selama di dusun Lakok tim relawan mendapatkan informasi oleh Beben salah satu sopir boat; bahwa ada ibu-ibu yang sedang mengumpulkan kayu rumahnya dari bekas hempasan tsunami, ternyata di bawah kayu terlihatlah bangkai mayat yang hanya tinggal tulang dan rambut.
Setelah pembagian sembako tepatnya pukul 16.00 tim relawan melanjutkan perjalanan menuju Monei yang terkena hempasan tsunami, tim relawan yang di koordinator oleh Nanda menuju pengungsian yang berada diatas perbukitan yang telah sejak gempa tahun 2007 di tempati, perjalanan yang menyesakkan dada, naik turun bukit, membuktikan keberanian relawan untuk terus berjuang menuju lokasi dan sampai dilokasi pukul 18.52. Kedatangan tim relawan PKPU ke pengungsian merupakan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat setempat, terlihat keceriaan di wajah masyarakat, secara spontanitas keletihan yang membaluti semua otot-otot telah renggang dengan hiburan yang dinyanyikan oleh adik-adik yang berada dipengungsian.
Dimana ada kesulitan pasti disitu ada kemudahan, dimana ada kayu pasti disitu ada besi dalam pepatah Mentawai dimana ada orang Mentawai pasti disitu ada orang Minang, jadi antara orang Mentawai dan warga manapun bersaudara, dengan hal itulah warga dipengungsian menyediakan menjamu relawan dengan teh, kopi hangat serta makan malam seadanya. Kebersamaan dimalam itu berlangsung sampai pukul 22.00, dan dilanjutkan briefing untuk agenda di esok hari.
Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan pukul 07.00 pagi, dan di iringi oleh trauma healing yang menanamkan jiwa nasionalisme pada anak-anak dan mengajari arti kejujuran serta bangga menjadi anak Mentawai, kegiatan ini tidak luput dari nyanyian karena anak-anak pengungsian lebih tertarik bermain sambil bermain dan penjemputan logistik di posko Lakok, selama proses pelayanan kesehatan pasien pada umumnya orang tua yang mengalami batuk, asma, sakit perut, bekas luka, membuka jahitan yang belum bersih, ispa dan cacingan. Pasien berjumlah 44 orang. Selama proses aksi ternyata masyarakat yang di suruh oleh kepala dusun untuk melayani relawan selayaknya tamu, maka untuk sarapan pagi kopi, teh hangat dan pisang goreng serta makan sebelum tim berangkat telah disediakan. Ada rasa haru dan kebiasaan yang pantas ditiru oleh siapapun juga, dalam kesulitan mereka mampu memberikan pelayanan kepada setiap yang datang.
Sebelum tim relawan meninggalkan lokasi, banyak permintaan dan keinginan masyarakat yang harus diperhatikan demi kelangsungan hidup mereka selanjutnya, jika pemerintah akan merelokasi tempat dimana selayaknya pengungsi di arahkan maka pihak pengungsi menginginkan tetap berada di Monei dan tidak berada jauh di Lakok, mengingat mereka saat ini tinggal dekat dengan perkebunan mereka, kalau masih bersikeras pemerintah memindahkan mereka ke Lakok maka proses kehidupan mereka akan dimulai lagi dari nol. Maka mereka menghendaki akan bertahan di Monei tempat mereka mengungsi awal kejadian gempa di tahun 2007. Melalui relawan PKPU yang diwakilkan oleh kepala dusun meminta agar adanya bantuan untuk; pengadaan air bersih, wc darurat, jenset, mesin sinso, batrai, dan beras.