Sikakap. Senin, (15/11-10) pukul 09.45 menuju Pasapuat dengan menggunakan kapal Pong-pong yang biasa dipakai untuk berdagang oleh pak Abu. Menuju Pasapuat memakan waktu paling lambat 5 jam dalam perjalanan, sesampainya di pelabuhan Pasapuat kehadiran tim relawan disambut hangat oleh masyarakat setempat. Sebagai relawan dengan misi kemanusiaan 3 S (Senyum, Salam, Sapa) selama dilokasi dipertahankan dengan bukti kehadiran masyarakat untuk membantu mengangkat barang bawaan relawan.
Tiba diposko pukul 15.00 yang bertempat dirumah salah satu relawan, Restu menyarankan semua barang dan penginapan di rumahnya saja mengingat tempat yang ditawarkan cukup strategi bagi masyarakat dengan mudah menjangkau menuju posko serta pusat informasi terbaru bagi masyarakat. Briefing pembagian tugas dilakukan pukul 15.30, saat masih asik membagi tugas maka datanglah masyarakat satu-persatu dengan tujuan untuk berobat, briefing di alihkan kepada pelayanan kesehatan sampai pada pukul 19.00, tanpa adanya istirahat bidan dan perawat tetap semangat melayani masyarakat.
Pasien yang datang kebanyakan terdiri dari anak-anak; batuk, diare, ispa, mencret. Bagi pasien dewasa lebih dominan mengalami ispa, disentri, magh, sakit gigi, rematik. Bagi tim trauma healing pergi dengan orang tua Restu melihat kondisi pemungkiman yang dibagi menjadi dua. Ada kelegaan saat melihat kondisi pengungsian yang bersih, tidak becek tertata dengan semestinya, dalam satu tenda di huni oleh 3-4 kepala keluarga, jarak tempuh kepengungsian kurang lebih 1 kilo di pengungsian pertama dan 3 kilo perjalanan kepengungsian kedua.
Sembari menunggu antrian salah satu relawan mewawancara ninik mamak, dan ketua pemuda tentang maksud dan tujuan kedatangan tim relawan PKPU kedaerahnya, dengan spontan mereka menjelaskan kebahagiaan mereka telah diperhatikan walaupun daerah mereka tidak adanya masyarakat yang meninggal, hanya 14 rumah yang mengalami rusak parah, banyak hikmah yang didapat melalui bencana ini dengan makin kuatnya ikatan kepedulian satu sama lain dalam masyarakat termasuk masyarakat yang non muslim serta makin kuatnya keimanan kaum pemuda untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan disarankan oleh ninik mamak untuk bisa berkumpul dengan masyarakat sesudah sholat maghrib membicarakan perihal kegiatan selama di Pasapuat serta menyampaikan maksud dan tujuan donatur PKPU untuk berqurban di Pasapuat. Jalinan kerjasama antara PKPU dengan lembaga lain seperti; ACT, Hizbut Tahrir, DDI, DPD RI telah memberikan warna keakraban dalam menyampaikan misi kemanusiaan di Pasapuat.
Setelah makan dan sholat maghrib tim relawan; medis dan trauma healing berjumlah 4 orang menuju mesjid Mujahiddin untuk mensoialisasikan kegiatan serta menjalin kerjasama dengan masyarakat setempat. Dalam pertemuan dengan masyarakat itulah maksud dan tujuan kedatangan relawan PKPU disampaikan dengan mengusung tiga kegiatan; penyampaian dan penyerahan qurban kepada masyarakat, pelayanan kesehatan, dan trauma healing. Pertemuan dengan masyarakat membuka hubungan kekeluargaan yang erat, dikesempatan itu juga relawan juga menyebutkan keinginan donatur yang berjumlah 7 orang; Aini, Sidi A Bustami, Suri Mulyani, Huraira Rusydi Aziz, Afif Rusyidi Aziz, Azriya Iyan dan Suri M. Agenda di esok hari juga dibahas langsung di masjid menyangkut kegiatan qurban mulai dari imam, khatib dan jumlah masyarakat yang akan menerima qurban, sampai dirumah pukul 20.20, Bidan Novi dan Perawat Apri diserbu warga untuk berobat sampai pukul 22.30 malam.
Pelaksanaan sholat Idul Adha dilakukan pada pukul 08.00 di masjid Mujahiddin dengan jumlah 145 kepala keluarga sebelum sholat dilakukan imam masjid menginformasikan bahwa masyarakat Pasapuat mendapat bantuan untuk qurban dari; ACT 9 ekor kambing, 1 ekor kerbau, PKPU 1 ekor sapi, DDI(Dewan Dakwah Islam) 1 ekor kerbau, 4 ekor kambing, HT dalam perencanaan 2 ekor sapi. Pemotongan di bagi menjadi dua, dihari selasa pemotongan untuk sapi dari PKPUdan kerbau dari DDI dan dan dihari rabu dilakukan pemotongan berikutnya. Sholat Idul Adha dilakukan dengan sangat mengharu biru, disisi lain warga non muslim ikut duduk di pintu majid mendengarkan imam berkutbah.
Vessa Mayantara selaku khatib Idul Adha 1431 H, mengajak masyarakat untuk kembali kepada ajaran Allah serta merenung apa hikmah Allah memberikan bencana kepada manusia, dan adanya solusi tuntas atas segala bencana yang terjadi dengan kembali secara kaffah (menyeluh) ke pada Allah, dan berhati-hati terhadap paham yang secara terang-terangan telah menghancurkan Islam dengan adanya; paham pluralisme, sekularisme, kapitalisme dan hak azazi manusia. Pada saat ini Islam sangat terpuruk terbukti adnya penyiksaan besar-besaran yang terjadi di Pakistan, Palestina dan di benua Islam lainnya oleh kaum kafir yang sampai hari kiamat tidak akan senang dengan Islam. Hari berkurban ini sebaiknya dijadikan hari introspeksi diri kita sejauh mana kita telah membelakangi Allah dan tidak mengindahkan ajara RasulNya, dengan adanya bukti cinta yang tulus dari nabi Ibrahim dan Ismail sebaiknya dapat mengikat kembali tali yang telah lama putus kepada Allah dan RasulNya serta menjalin kekeluargaan yang kuat sesama muslimin agar tidak mudah di adu domba dengan permasalahan apapun yang menimpa kaum muslimin akhir-akhir ini. Saling harga menghargai, hormat menghormati dan tulus mencintai sesama maka akan terciptalah masyarakat yang sejahtera, bahagia dan selalu berprasangka baik atas apa yang telah Allah berikan kepada manusia termasuk kejadian gempa dan tsunami yang menghantam pulau Mentawai.
Aksi kemanusiaan dilakukan setelah sholat Idul Adha dengan tiga gelombang. Gelombang I penyemblihan hewan qurban, trauma healing dan pelayanan kesehatan dilakukan pukul 09.30-12.15, gelombang II pelayanan kesehatan dilakukan pukul 14.00-16.00, dan gelombang III dilakukan penyerahan daging qurban serta pelayanan kesehatan ke daerah pengungsian yang berada cukup jauh dari posko, sesuai info yang didapat masyarakat yang tinggal di pengungsian ini telah menempempatkan daerah itu pada saat gempa 2007 yang lalu. Tekat semangat yang kuat bidan Novi, perawat Apri, Restu dan Ibun mensinergikan kekuatan untuk menelusuri satu persatu rumah penduduk untuk menyalurkan bantuan, jalan yang cukup becek tidak menghalangi langkah yang telah dikuatkan untuk membantu masyarakat.
Dalam kesepakat tim relawan pada hari itu juga setelah melayani masyarakat harus kembali keposko induk di Sikakap, tapi melihat kondisi cuaca dan kembalinya tim dari pengungsian tidak memungkimkan untuk menuju Sikakap, maka diputuskanlah di hari Rabu pagi pulang ke Sikakap. Sama halnya dengan masyarakat yang lain ada kecemasaan saat tetangga dari posko mengedor pintu posko PKPU untuk bangun dan selalu siap siaga karena badai bercampur angin ribut, pukul 12.15 malam sampai pada pukul 01.00 dini hari. Sesuai dengan komitmen malam itu, pukul 09.00 tim relawan kembali lagi menuju posko induk yang ada di Sikakap, semuanya telah siap mau berangkat ternyata masyarakat masih ada yang datang untuk berobat, mau tak mau tim kesehatan harus melayani masyarakat yang membutuhkan bantuan kesehatan. Harapan masyarakat agar tim dapat tinggal beberapa hari untuk mengobati serta mengontrol kesehatan masyarakat selain masyarakat itu sendiri yang terlebih dahulu merawat kesehatan mereka.
Ada pilu yang tersirat diwajah masyarakat dan anak-anak,untuk melepas kepergian tim relawan. Melangkah menuju pulang bidan Novi tenggelam dilautan kemungkinan kurangnya keseimbangan untuk bertahan, tapi syukur Alhamdulillah kejadian itu tidaklah lama, dengan sigapnya pak Abu sebagai sopirnya kapal Pong-pong membantu bidan Novi sampai keatas kapalnya, dan pak Abu juga ikut tenggelam kedasar laut untuk mengambil sepatu bidan Novi. Sungguh hari-hari yang banyak mendatangkan ilmu. Semoga perjuangan Bidan Novi dan tim relawan lainya di lipat gandakan oleh Allah swt. Jumlah pasien yang dilayani kurang lebih 100 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar